Menjemput Keberkahan di Bulan Rajab

oleh
Desain asli oleh Fahmi Fachruddin

Bulan Rajab telah tiba menyapa umat Islam. Kehadirannya sering kali menjadi penanda penting bahwa waktu kita menuju bulan suci Ramadan kini tinggal dua bulan saja. Sebagai salah satu dari empat Asyhurul Hurum atau bulan yang dimuliakan, Rajab membawa keistimewaan tersendiri yang patut kita renungkan dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam tradisi Islam, bulan Rajab bukan sekadar pergantian waktu. Allah SWT telah menetapkan bulan ini sebagai bulan yang suci, di mana segala bentuk amal kebajikan diberikan apresiasi pahala yang berlipat ganda. Namun sebaliknya, kita juga diingatkan untuk lebih berhati-hati dalam menjaga diri dari perbuatan maksiat dan zalim, karena kesucian bulan ini menuntut kita untuk lebih mawas diri.

Salah satu peristiwa besar yang melekat pada bulan ini adalah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini bukan hanya perjalanan fisik dan spiritual biasa, melainkan momen turunnya perintah shalat lima waktu yang menjadi fondasi utama ibadah kita. Maka, sangat relevan jika di bulan Rajab ini, kita kembali mengevaluasi dan memperbaiki kualitas shalat kita, sebelum nantinya kita dipertemukan dengan intensitas ibadah yang lebih tinggi di bulan Ramadan.

Para ulama terdahulu sering menggambarkan bulan-bulan ini dengan perumpamaan yang sangat indah. Rajab adalah bulan untuk menanam benih, Sya’ban adalah waktu untuk menyiraminya, dan Ramadan adalah saat di mana kita memanen hasilnya. Artinya, kekhusyukan dan ketenangan yang kita dambakan di bulan Ramadan tidak bisa datang secara instan. Ia perlu dipupuk melalui pembiasaan ibadah sejak dini, mulai dari bulan Rajab ini.

Lantas, apa yang bisa kita mulai lakukan? Kita bisa menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang mungkin sempat terabaikan, seperti memperbanyak istighfar, menjaga puasa sunnah bagi yang mampu, hingga meningkatkan kepedulian sosial melalui sedekah. Doa yang sering kita dengar, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadan,” seharusnya menjadi pemacu semangat bagi kita untuk terus memperbaiki diri.

Baca Juga:  Era Digitalisasi Pendakwah Perlu Menguasai Literasi Dakwah Secara Nyata

Mari kita jadikan bulan Rajab ini sebagai momentum untuk melakukan “bersih-bersih” hati dan pemanasan spiritual. Semoga masyarakat Muslim, dapat menyambut bulan mulia ini dengan penuh kegembiraan dan ketaatan, sehingga saat Ramadan tiba nanti, kita sudah dalam keadaan siap secara lahir maupun batin.

Fahmi Fachruddin/Magang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.